Menjadi Pesilat yang “Alim” :Integrasi Ilmu Syariat dan Ilmu Kanuragan dalam Pagar Nusa

Dalam tradisi perguruan pencak silat Pagar Nusa, yang secara resmi berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama, pelatihan pesilat jauh melampaui sekadar olah fisik. Setiap anggota tidak hanya dituntut menguasai ilmu kanuragan (yaitu segala keahlian dan …

Dalam tradisi perguruan pencak silat Pagar Nusa, yang secara resmi berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama, pelatihan pesilat jauh melampaui sekadar olah fisik. Setiap anggota tidak hanya dituntut menguasai ilmu kanuragan (yaitu segala keahlian dan kekuatan yang berhubungan dengan fisik dan beladiri) tetapi juga wajib mengintegrasikannya dengan ilmu Syariat. Integrasi ini menjadi ciri khas utama, memastikan bahwa setiap gerakan dan kekuatan yang dimiliki pesilat berakar pada nilai-nilai agama. Dengan demikian, kanuragan hanyalah alat, fondasi utamanya tetaplah ajaran Islam.

Oleh karena itu, setiap pesilat Pagar Nusa dituntut memiliki kedalaman pemahaman agama yang mumpuni. Pemahaman agama ini berfungsi sebagai benteng sekaligus pedoman etika, mencegah penyalahgunaan kekuatan fisik untuk kepentingan yang melanggar syariat atau norma sosial. Filosofi ini menekankan bahwa spiritualitas dan akhlak harus menjadi pondasi utama dalam pengamalan seluruh ajaran dan ilmu yang dipelajari. Hal ini secara langsung mencerminkan prinsip Nahdlatul Ulama yang selalu berupaya menyelaraskan tradisi lokal (silat) dengan ajaran agama yang luhur.

Hubungan Antara Ilmu Syariat dengan Ilmu Kanuragan

Ilmu syariat adalah landasan moral dan spiritual yang mengarahkan pesilat menggunakan ilmunya sesuai fungsi, yaitu melindungi diri dan menegakkan keadilan. Dengan mempelajari ilmu syariat, pendekar Pagar Nusa dapat mewujudkan tujuan utama, yakni menegakkan paham Ahlussunnah wal Jamaah serta mempertahankan kebenaran dan mencegah kemunkaran. Integrasi ilmu syariat dalam pencak silat menjadikan latihan bukan sekadar fisik, tapi juga pengamalan nilai agama yang luhur dan tanggung jawab sosial.

Ke-dua ilmu ini bukanlah ilmu yang bertentangan, justru saling melengkapi. Tanpa dibekali dengan ilmu syariat, pesilat dapat menyalahgunakan ilmunya untuk hal-hal yang bertentangan dengan agama. Sebaliknya, tanpa dibekali ilmu bela diri seseorang akan rentan mendapatkan ancaman, apalagi berhubungan dengan menegakkan syariat.

Perintah Al-Qur’an untuk Mempersiapkan Diri Menghadapi Musuh-Musuh Allah

Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan baik secara iman maupun fisik sebagai perlindungan diri dari orang-orang yahudi.

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ ۝٦٠

“Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi.” (Q.S. Al-Anfal: 60)

Dalam tafsir tahlili disebutkan bahwa yang paling dahulu dibangun adalah kekuatan iman. Karena, dengan iman yang kokoh akan melahirkan mental yang kuat. Dengan adanya mental yang kuat menjadikan pasukan kaum muslimin tidak mudah gentar di medan perang. Terbukti di perang badar, kaum muslimin dapat memenangkan peperangan meski menghadapi musuh yang sangat tak seimbang.

Di samping kekuatan iman/mental mereka, harus pula dipersiapkan kekuatan fisiknya karena kedua kekuatan ini harus digabung menjadi satu, kekuatan fisik saja akan kurang keampuhannya bila tidak disertai dengan kekuatan mental.

Kesimpulannya

Pencak silat Pagar Nusa mewujudkan sebuah filosofi pendidikan yang khas, yang melampaui pelatihan bela diri semata. Inti dari tradisi ini adalah integrasi wajib antara ilmu kanuragan (kekuatan fisik dan keahlian beladiri) dengan ilmu Syariat (landasan hukum dan spiritual Islam). Dalam pandangan Pagar Nusa, kanuragan berfungsi hanya sebagai alat, sementara ajaran Islam menjadi fondasi moral dan spiritual utama.

Integrasi ini memastikan bahwa kekuatan fisik yang dimiliki pesilat selalu diorientasikan pada tujuan yang luhur, yaitu melindungi diri, menegakkan keadilan, dan mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Ilmu Syariat bertindak sebagai benteng etika yang mencegah penyalahgunaan ilmu kanuragan untuk kepentingan yang melanggar norma agama atau sosial. Konsep sinergis ini bahwa kekuatan tanpa iman rentan disalahgunakan, dan iman tanpa kekuatan rentan terhadap ancaman sejalan dengan perintah Al-Qur’an (Q.S. Al-Anfal: 60) untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh, di mana kekuatan iman/mental harus didahulukan sebelum kekuatan fisik. Dengan demikian, Pagar Nusa merefleksikan prinsip Nahdlatul Ulama dalam menyelaraskan tradisi lokal (silat) dengan pengamalan nilai-nilai agama yang kokoh dan bertanggung jawab secara sosial.

Sumber:Surat Al-Anfal Ayat 60: Arab, Terjemah dan Tafsir Tahlili | Quran NU Online: https://quran.nu.or.id/al-anfal/60Susilo, M. J. (2022). Analisis Nilai-Nilai Religius Pencak Silat Pagar Nusa Dan Strategi Penerapannya Dalam Menangkal Pergerakan Radikalisme Di Ponpes Miftahul Ulum Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak.

Tinggalkan komentar